Jualan Kripik Buah dan Sayur, Tukang Las dari Batu, Jatim, Beromzet Rp. 3,6 M Setahun

Posted by Kliping Sinopsis Berbagai Berita Dunia Offline

peluang wirausaha, wirausaha, inspirasi wirausaha


INGIN JADI RAJA KERIPIK

Ketika mengawali usahanya, bapak 5 anak ini ditentang sang istri karena dianggap tak punya pengalaman di dunia usaha. Tapi berkat kerja kerasnya, dia mampu mewujudkan keinginannya. Bagaimana dai membangun usahanya?

Kesibukan tampak terlihat di jalan Patimura Gang 7, Batu, Jawa Timur. Enam pekerja begitu cekatan mengupas, membersihkan dan mengiris tipis buah apel.

Meski serius, di tengah-tengah bekerja kadang mereka bercanda dan ngobrol sebentar. Di sebuah ruangan mereka, terdapat mesin penggorengan. Asap mengepul di ujung cerobong. Tapi udara di sekitar tempat itu tak terasa pengap ataupun panas.

Walaupun sedang memproduksi keripik buah, tempat usaha rumahan ini tampak bersih. Tak terlihat tumpahan minyak atau sampah kulit buah apel yang berserakan.

Dari tampat yang luasnya hanya 140 meter persegi ini, Mohammad Jayadi (48) pemilik usaha tersebut, menuai sukses di bisnis keripik buah.

Dengan label Vigour, Jayadi mampu menguasai pasar dan menjadikan keripik produksinya sebgai oleh-oleh khas batu. Keripik buah dan sayur Vigour juga sudah banyak ditemukan di took oleh-oleh terutama di tempat-tempat wisata pula Jawa. Bahkan, juga sudah ada di sebagian kota Kalimantan, Makasar, Bali, dan Sumba.

“Saya inngin buka outlet di kota wisata seluruh Indonesia,”kata Jayadi.

Dari tangan bapak lima anak ini bermacam keripik buah dan sayur tercipta. Seperti apel, nangka, rambutan, mangga, salak, semangka, dan sebagainya. Setidaknya ada 19 macam buah dan sayur yang dijadikan keripik oleh Jayadi. Dengan omzet sekitar Rp. 300 juta per bulan. Jayadi mulai tersenyum melihat jerih payahnya selama ini.

Padahal, jika di runut dari awal, suami dari Husnawati (39) ini dulunya hanya tukang las dan bubut. Bahkan, dia tak punya pendidikan khusus di dunia bisnis. Latar belakang sekolahnya cuma sampai sekolah dasar.

Tapi justru dengan latar belakang tukang las dan bubut itu Jayadi mampu menembus kersanya persaingan bisnis. Dengan kreativitasnya membuat pemggorengan sendiri, dia bisa menciptakan keripik buah yang renyah dan gurih. Untuk menjalankan roda bisnisnya, Jayadi merangkul tetangganya. Dia sekarang sudah memiliki 45 orang karyawan.

Usaha buah yang digelutinya ini bermula dari seringnya Jayadi membeli buah-buahan di daerah Klakah, Lumajang untuk oleh-oleh keluarganya di Batu. Saat itu Jayadi sering pulang pergi Lumajang-Batu karena ada proyek membuat water park di Lumajang pada tahun 2004.

Kenangan Jayadi pun melayang saat dia memborong buah nangka dengan harga cuma Rp. 25 ribu. Itu sudah bisa memenuhi bagasi mobilnya. Dari situ Jayadi berpikir untuk menjual lagi buah-buahan tersebut di Batu namun dalam bentuk lain.

Akhirnya tercetus ide untuk membuat keripik buah yang gurih dan renyah. Dia berpikir prospeknya cukup cerah. Karena belum ada orang yang membuatnya. Umumnya hanya keripik pisang. Awalnya, dia sempat ditentang oleh sang isteri karena dia tak memiliki latar belakang pedagang. Tapi Jayadi bersikukuh mewujudkan niatnya dengan resiko yang pasti menghadang.

Jayadi sudah lupa, kapan tepatnya mulai melakukan percobaan membuat keripik. Yang diingatnya hanya tahun 2005 dia sudah memulai percobaan membuat penggorengan.

Salah satu kamar di rumahnya disulap menjadi ruang kerja. Karena ingin focus, dia menyerahkan bisnis las dan bubut kepada karyawannya.

Berbagi Ilmu

Agar dapat menciptakan keripik yang benar-benar crispy, Jayadi memutar otak untuk membuat penggorengan khusus. Dari beberapa kali memperbaiki alat penggorengan dari perusahaan makanan ringan, Jayadi akhirnya bisa menciptakan alat sendiri.

Dengan sistem trial dan error, Jayadi sudah mengorbankan uang sekitar Rp. 50 juta dan puluhan kilogram apel untuk percobaan,

“Kali pertama mencobanya, saya memang memakai buah apel, karena mudah di dapat,”terang Jayadi.

Akhirnya Jayadi menemukan desain yang cocok untuk penggorengan itu. “Sekarang ini sudah mesin yang keempat. Saya akan bikin yang lebih sempurna lagi,”ungkapnya.

Setelah itu, Jayadi mulai bertanya ke teman-temannya bagaimana cara berjualan. Bahkan dia datang ke Desperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Kabupaten Malang dan masuk pasar lelang Bank Jatim.

Jayadi pun mulai mengenal dunia marketing dan kenal dengan beberapa pelaku bisnis lokal. “Saya jadi tahu bahasa bisnis dan marketing. Awalnya saya diketawain karena gak tahu. Tapi saya pede aja,”.akunya.

Ketika mulai memasarkan produknya, Jayadi sudah memproduksi keripik apel, nangka, salak, nanas, dan mangga. Jayadi mulai rajin mengikuti pameran di beberapa kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Perlahan produk keripiknya mulai dikenal. Dari tahun ke tahun keripik produksi Jayadi laris manis. Seiring itu, Jayadi berniat member label produknya.

Setelah konsultasi dengan salah satu rekannya, Jayadi menemukan kata `Vigour`. Awalnya kata itu asal sebut. Namun setelah dilihat di kamus bahasa, ternyata kata ini berasal dari Yunani yang memiliki makna kuat.

Dengan merk Vigour Jayadi berhasil menarik perhatian konsumen. Tahun 2006 dia sudah mengekspor keripiknya ke Malaysia. Sayangnya, pengiriman ke jiran itu memiliki masalah. Dia jadi korban penipuan.

“Peristiwa itu jadi pengalaman yang berharga. Prinsip saya sekarang, ada uang ada barang. Dijamin cepat laku kalau jualan keripik saya,”ucapnya.

Berkat ketekunan dan tak lelah belajar, perlahan namun pasti produk keripiknya semakin dikenal. Bahkan, dia kewalahan menerima permintaan. Setiap wisatawan yang datang ke Batu pasti berkunjung ke outletnya yang jadi satu dengan rumahnya.

Setahun kemudian, tepatnya 22 Oktober 2007, Jayadi meraih juara II nasional kategori produk sehat ari Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI.

Disadari Jayadi, semakin terkenal merek dagangannya semakin banyak yang menirunya. Karena itu dia mendaftarkan merk Vigour untuk dipatenkan ke Departemen Perindustrian dan Perdagangan pada tahun 2009.

Kini buah dan sayur apapun bisa disulap Jayadi menjadi keripik. “Saya ingin jadi raja keripik buah dan sayur,” ujar Jayadi sambil tersenyum.

Setelah mendapat sukses, Jayadi pun berbagi ilmu dengan pengusaha kecil lainnya. Dia ingin orang lain yang tertarik di bidangnya ikut menuai sukses.



Sinopsis tabloid Nyata edisi III Juli 2010

Related Post